Cerita Dewasa Nikmatanya Ngetot Cewek Berjilbab

Diposting oleh Unknown on Selasa, 05 Februari 2013


Dalam Dunia Kita - kali ini akan Memberikan Cerita Sex ,dan tema cerita sex kali ini adalah Cerita Dewasa Nikmatanya Ngetot Cewek Berjilbab | Cerita Sex Nikmatanya Ngetot Cewek Berjilbab ,anda tentu tidak asing lagi mendegar kata cerita sex,karena semua orang yang sudah beristri pasti melakukan sebuah hubungan intim atau kegiatan sex, langsung saja kita simak cerita sex kali ini ,dan Baca Juga Cerita Dewasa Aku Diperkosa Adik Iparku.
Cewek Berjilbab
Cerita Dewasa Nikmatanya Ngetot Cewek Berjilbab


Cerita dewasa kali ini akan mencoba menghadirkan bagaimana binalnya seorang siswi berjilbab dalam beradu seks diatas ranjang bersama lawan mainnya.

Jilbab Binal
Bahkan cerita dewasa yang satu ini bisa membuat kontol anda naik turun ga jelas.
Gimana mau mencoba merasakan cewek berjilbab di ranjang ? simak saja cerita dari kumpulan cerita dewasa disini. Sebut saja namanya pertiwi.
Pertiwi tak bisa menolak ajakan teman yang ia sukai itu. Dua tahun sudah mereka saling mengenal, sejak keduanya sama-sama duduk di bangku kelas satu.

Dan perasaan suka itu muncul di hati Pertiwi tak lama setelah pertemuan pertamanya. Kalau tidak karena Muhris memberi sinyal yang sama, Pertiwi tentu sudah melupakan perasaannya.
Tapi cowok itu terus saja bersikap spesial kepadanya, hingga cinta jarak jauh mereka terjalin erat meski tanpa kontak fisik.

Lalu tiga bulan yang lalu saat menjelang Ujian Akhir Sekolah. Kelas pria dan wanita yang biasanya terpisah mulai digabung di beberapa kesempatan karena alasan peningkatan intensitas pelajaran.
Siswa putra duduk di barisan depan, sedang yang putri di bagian belakang. Tapi Muhris duduk di barisan putra paling belakang sedang Pertiwi di barisan putri paling depan. Maka tak ayal Muhris berada tepat di depan Pertiwi.

Dan itulah awal kontak terdekat yang terjadi pada mereka. Biasalah… Awalnya pura-pura pinjam alat tulis, tanya buku, ini… itu… Tapi senyuman makin sering tertukar dan kontak batin terjalin dengan pasti.
Kadang ada alasan bagi keduanya untuk tidak keluar buru-buru saat istirahat, hingga ada masa singkat ketika mereka hanya berdua di dalam kelas; tanya-tanya pelajaran—alasan basi yang paling disukai setiap orang.

Dua bulan lebih dari cukup untuk memupuk rasa cinta. Meski pacaran adalah terlarang, dan keduanya belum pernah saling mengutarakan cinta, tapi semua teman mereka tahu keduanya adalah sepasang kekasih.
Hubungan cinta yang unik di jaman yang serba bebas ini. Dan Pertiwi begitu menikmati perasaannya. Setiap waktu teramat berharga. Sekilas tatapan serta seulas senyuman selalu menjadi bagian yang menyenangkan.
Lalu cinta mulai berkembang saat kenakalan muncul perlahan-lahan. Pertiwi sempat ragu saat Muhris memintanya untuk datang ke Mall M sepulang sekolah sore itu.

Sejuta perasaan bahagia membuncah di hati Pertiwi, bercampur dengan rasa takut dan kegugupan yang luar biasa. Ia nyaris pulang lagi saat sore itu ia berdiri di pintu Mall untuk bertemu dengan Muhris.
Tapi cowok itu keburu melihatnya hingga ia tak dapat menghindar lagi. Ia tahu bahwa dirinya salah tingkah selama kencan pertama mereka.
Malamnya Pertiwi tak bisa tidur. Membayangkan tentang betapa menyenangkannya kencan mereka, saat untuk pertama kalinya Muhris menggenggam tangannya selama berkeliling melihat-lihat banyak hal.
Seluruh tubuhnya terasa panas dingin. Muhris bahkan membelikan sebuah hadiah berupa kalung mutiara yang sangat mahal untuk ukuran dirinya. Untaian mutiara itu sangat indah, putih memancarkan kilau yang terang.

Cowok itu berkata, “Walaupun aku tak akan dapat melihatmu mengenakan kalung itu, kuharap kamu mau tetap mengenakannya.” Dan tentu saja ia senantiasa mengenakan kalung mutiara itu.
Satu bulan itu dihiasi dengan kencan sembunyi-sembunyi yang sangat mendebarkan. Seperti bermain kucing-kucingan dengan semua orang yang Pertiwi kenal.
Kalau ada satu saja orang yang tahu Pertiwi berduaan dengan seorang pria di Mall, maka Pertiwi tak dapat membayangkan petaka apa yang akan menimpanya.
Tapi berhenti dari melakukan itu ia yakini lebih mengerikan daripada terus menjalaninya. Karena, di sore itu, di satu sudut yang sepi di dalam Mall, tiba-tiba saja Muhris mencium pipinya dengan cepat tanpa mengatakan apapun juga.

Hanya sekilas, dan Muhris membuat seolah-olah itu tak pernah terjadi. Tapi pengaruhnya sangat besar pada diri Pertiwi.
Karena seluruh perasaannya bergemuruh dan membuncah. Bercampur aduk hingga ia hanya bisa diam saja seperti orang bodoh.

Sisa sore itu berlalu tanpa ada dialog apapun, karena Pertiwi tahu wajah putihnya telah berubah semerah udang rebus. Meninggalkan kesan terindah yang terbawa ke dalam mimpi bermalam-malam sesudahnya.
Tiga hari sejak peristiwa itu Pertiwi selalu berusaha menghindar dari Muhris. Ia merasa malu, bingung dan takut.
Bagaimanapun juga satu sisi perasaannya masih memiliki keyakinan bahwa cinta mereka mulai melewati batas.
Tapi ia belum tahu cara kerja nafsu. Karena ketika akhirnya mereka bertemu kembali, Pertiwi tak bisa menolak saat di banyak kesempatan Muhris mencium pipinya berkali-kali; kanan dan kiri.
Bahkan, saat Muhris semakin nakal dengan meremas tangannya, memeluk tubuhnya dan mencium bibirnya (meski semua itu dilakukan Muhris tak lebih dari lima detik saja), Pertiwi hanya terpana dan sangat menikmati semuanya. Sebelum berpisah, Muhris berbisik pelan kepadanya, “Kamu mau, kan, main ke rumah  esok sore?”

Anehnya, seperti seorang yang terhipnotis, Pertiwi mengangguk…
Maka, sore itu, dengan mengenakan gamis bercorak ceria khas remaja dengan hiasan renda bunga melati, dipadukan dengan jilbab pink yang disemati bros berbentuk kupu-kupu, juga sebuah tas jinjing dari kain kanvas, Pertiwi duduk di sofa ruang tamu di rumah Muhris.

Menunggu kekasihnya mengambilkan dua gelas jeruk dingin dan sepiring buah-buahan segar. Matanya menatap ke sekeliling ruangan dan mendapatkan kesan yang sangat menyenangkan.
Kesan itu didapat, sebagian karena bagaimanapun ini adalah rumah orang yang ia cintai, dan sebagiannya lagi  karena pemiliknya memiliki cukup banyak uang untuk menata dengan demikian indahnya.
Pertiwi tak tahu banyak soal dekorasi, tapi sesungguhnya rumah itu memang didesain dengan nuansa klasik yang sesuai dengan alam pegunungan tempat rumah itu berdiri.
Perabotan, dari mulai lampu-lampu, tempat duduk, meja, lukisan-lukisan serta berbagai hal didominasi oleh corak bambu dan kayu asli.

Sementara dedaunan dan tanaman hijau—bercampur antara imitasi dan buatan—menghiasi sudut-sudut yang tepat.
Air terjun buatan dibangun di samping ruang tamu, dengan cahaya matahari yang hangat menyinari dari kaca jendela samping.
Wilayah itu ditutup oleh kaca bening yang dialiri air dari atas, sehingga mengesankan suasana hujan yang indah dan menimbulkan bunyi gemericik air yang terdengar menyenangkan.
Lukisan pedesaan dipasang di satu sudut yang tepat bagi pandangan mata, dengan gaya naturalis hingga setiap detail nampak sangat jelas.
Seperti sebuah foto namun memancarkan aura magis yang lebih kentara. Pertiwi sempat terpana dengan semuanya, dengan kesejukan yang melingkupi seluruh dirinya, sampai ia tak sadar kalau Muhris telah duduk di sebelahnya, sedang menata gelas dan piring-piring.
“Maaf, ya… Seadanya. Habisnya Umi lagi ke Bandung ikut seminar, nemenin Abi…”

Pertiwi tersipu malu. Ia berasal dari keluarga yang lebih sederhana, sehingga rasa mindernya muncul saat mendapati rumah yang demikian besar dan mewah ini ternyata milik pacarnya.
“Nggak apa-apa, Ris. Pertiwi seneng, kok…” Pertiwi merasakan suaranya tercekat di tenggorokan.

Sore itu Pertiwi lalui dengan sangat menyenangkan. Ngobrol berdua, bercanda, tertawa, nonton film, main game PS hingga makan malam. Pertiwi baru tahu bahwa ternyata Muhris bisa memasak. Pintar malah.
Kelezatan rasanya melebihi masakan yang pernah ia buat. Dengan malu ia mengakui itu di hadapan kekasihnya, yang membalasnya dengan ciuman pipi kanan yang lembut.
“Aku tetep cinta kamu, kok…”

Perlu diketahui bahwa Pertiwi saat itu berusia 16 tahun dan memiliki tubuh yang mulai matang sebagai seorang gadis. Posturnya juga tinggi dengan wajah manis yang terkesan keibuan.
Tapi percayalah bahwa ia sangat polos, lebih polos dari gadis SD di kota besar yang telah mahir urusan peluk dan cium. Desa tempat ia tinggal sangat jauh dari arus informasi dan pengaruh buruk ibukota.
Maka ia tak menaruh prasangka apapun saat Muhris mengajaknya menginap di rumahnya malam itu. Memang ini urusan yang tabu di desanya, tapi kepolosan Pertiwi membuatnya yakin bahwa Muhris tak akan melakukan hal buruk terhadapnya.

Sehingga, pilihan berbohong ia lakukan agar bisa berduaan terus dengan kekasihnya. Ia telah bilang pada orang rumah bahwa ia akan menginap di rumah Ririn.
Ia tahu orang tuanya tak akan curiga, karena hal itu biasa ia lakukan di waktu-waktu ujian sekolah. Apalagi menjelang Ujian Akhir seperti sekarang.
Suasana malam sangat sunyi dan suara jengkerik telah berganti dengan burung malam. Tak berapa lama rintik hujan mulai turun, dan Pertiwi tak menyadarinya sampai hujan itu berubah jadi deras.

Sangat deras, karena di musim penghujan seperti ini hal seperti itu selalu saja terjadi. Kalau tidak karena suasana cinta yang tengah meliputinya, Pertiwi tak akan betah di rumah orang dalam situasi seperti itu.
O, iya… Sebetulnya Pertiwi dan Muhris tidak benar-benar berdua di rumah, karena ada Hana, adik perempuan Muhris yang sekarang duduk di bangku kelas 1 SMP.
Makanya Pertiwi tidak terlalu merasa sungkan, karena ia bisa bermain dengan Hana juga di sepanjang sore dan malam itu. Muhrislah yang agak kerepotan karena harus meminta Hana agar berjanji tidak memberitahukan keberadaan Pertiwi kepada orang tua mereka.
Hana sebetulnya tidak susah dibujuk. Hanya saja keberadaannya menyulitkan karena ciuman-ciuman harus dilakukan secara hati-hati.

Peluk dan cium beberapa waktu yang lalu memang mendapatkan perlawanan (meski setengah hati) dari Pertiwi. Tapi hal itu tak berlaku malam ini, karena kini Pertiwi merasa lebih santai dan bebas.
Di satu kesempatan Muhris memeluknya sembari mencium bibirnya sekilas.
Di kesempatan lain ia dipeluk dari belakang, tepatnya saat ia mencuci piring bekas makan malam dan pria itu mengendap-endap dari belakang dan begitu saja melingkarkan tangan di pinggangnya.
Pertiwi sempat menjerit pelan dan berusaha meronta, tapi tangannya yang memegang piring dipenuhi busa sabun hingga susah untuk bergerak.

Ia hanya menggelinjang pelan dan merengek lemah, saat pelukan itu makin erat dan ciuman di pipinya membuatnya terbius. Hampir saja Hana melihat perbuatan mereka, kalau Muhris tidak buru-buru melepaskan pelukan di pinggang yang ramping itu.
Setelah mandi malam yang menyenangkan, di dalam bath-tub air hangat yang penuh busa dan peralatan mandi yang lengkap milik Umi Muhris, Pertiwi bergabung dengan kakak beradik di ruang TV.

Ia mengenakan busana malam yang lebih santai (setidaknya untuk ukuran gadis berjilbab); kemeja kaus lengan panjang putih bermotif garis warna biru dengan bawahan rok katun berwarna biru lembut, dipadukan jilbab simpel berwarna biru senada.
Parfum aroma bunga khas remaja ia seprotkan di tempat-tempat yang tepat untuk menyegarkan dirinya.

Lalu ia duduk di samping Hana yang sedang tertawa menyaksikan film kartun di televisi. Mata Pertiwi saat itu tertuju penuh ke televisi, namun pikirannya terbang ke alam tertinggi yang penuh imajinasi.
Pelukan dan ciuman hangat dari Muhris mau tak mau membangkitkan gairah terpendam yang selama ini tersembuyi jauh di dasar jiwanya.

Ia mengalami semacam sensasi aneh yang baru dikenalnya, yang sangat memabukkan dan membuatnya lupa diri. Jam baru pukul delapan malam namun kegelisahannya telah memuncak.
Pertiwi tak tahu—atau mungkin tak berani mengakui—bahwa dirinya telah dipenuhi sensasi seks yang menyenangkan.

Terlebih ini adalah masa-masa suburnya. Letupan-letupan kecil yang dipicu oleh Muhris membuatnya perlahan-lahan tebawa ke arus deras, hingga sulit terbendung oleh keremajaannya yang sedang membara.
Penghalang dirinya untuk melakukan hal-hal yang lebih seronok adalah rasa malu, takut serta ketidaktahuan yang besar tentang kondisi-kondisi semacam ini.

Tapi pancingan-pancingan yang dilakukan oleh Muhris dengan lihai membawanya pada pengalaman-pengalaman terlarang yang sangat menggairahkan. Semuanya akibat kepolosan sang gadis remaja.
Jam delapan lewat dua puluh menit Muhris bangkit dari duduknya dan menarik tangan Pertiwi agar mengikutinya.

Hana tak sadar karena ia terfokus pada acara televisi. Pertiwi menurut dan dadanya berdebar kencang saat Muhris menariknya ke lantai dua.
Kalau Pertiwi sedikit lebih gaul, ia akan tahu Muhris bermaksud melakukan sesuatu, tapi Pertiwi jauh lebih polos dari yang orang kira, hingga ia justru merasa senang saat Muhris mengajaknya untuk melihat-lihat kamarnya.
Ia senang bisa tahu isi dalam kamar kekasih yang ia cintai. Pertiwi kagum pada suasana kamar Muhris yang menyenangkan.
Ia juga terkejut saat menemukan foto dirinya dalam pose separuh badan terpampang di dinding kamar.

Cerita Dewasa Nikmatanya Ngetot Cewek Berjilbab Foto itu ditutupi Muhris oleh poster pemain bola, hingga tidak ada yang tahu bila setiap malam ia menarik poster itu dan memandangi foto gadis yang tersenyum manis di sana.
Pertiwi setengah lupa tentang kapan ia membuat foto itu. Ia merasa foto itu lebih cantik dari aslinya.
Tapi Muhris menjelaskan bahwa program komputer photoshop dapat melakukan banyak hal, seperti membuat gadis secantik dirinya terlihat lebih segar dan mempesona.
Pertiwi tersipu malu. Tapi itu belum seberapa, karena tiba-tiba Muhris menarik dirinya agar berhadapan, lalu mengeluarkan sepasang anting mutiara dari kotak beludru di saku celananya.
Pertiwi terperanjat. Muhris berbisik mesra, “Ini pasangan kalung yang pernah kuberikan. Aku mau kamu mengenakannya…”

Mata Pertiwi berkaca-kaca. Kalau saja ia berani, ia sudah memeluk pria di hadapannya dan menciumnya bertubi-tubi.

Tapi ia terlalu malu untuk melakukan hal semacam itu. Ia hanya salah tingkah, saat Muhris meletakkan anting-anting itu di telapak tangannya dan berkata lagi, “Aku pasangkan sekarang, ya…”
“Tapi…” Suara Pertiwi serak dan lirih.
“Tapi kenapa?”
“Pertiwi malu…”
“Kok malu? Bukankah kita saling mencintai?! Masihkah kita saling tertutup?”

Pertiwi bingung untuk menjawab, karena ini adalah momen pertama dalam hidupnya ketika ia harus membuka jilbabnya di hadapan seorang laki-laki.
Wanita-wanita yang biasa berbikini di kolam renang atau berpakaian seksi di Mall-mall tentu tak akan paham kenyataan ini.
Tapi Pertiwi adalah perempuan yang sejak belasan tahun lalu selalu menutup seluruh bagian tubuhnya dan tak memamerkannya pada siapapun kecuali keluarganya.
Melepas jilbab baginya sama seperti melepas rok di depan kamera bagi gadis keumuman. Aneh? Memang! Tapi itulah kenyataannya.

Ia setengah menangis saat tak kuasa menolak permintaan Muhris yang menyudutkan itu. Ia memang diam.
Tapi dadanya bergemuruh hebat saat jemari Muhris melepasi jarum dan peniti yang menyemati jilbabnya. Ia tertunduk dalam dan menahan nafas saat tangan kekasihnya menarik lepas jilbabnya.
Tangannya yang gemetar meremas-remas ujung kaus, dan tanpa sadar ia menggigit bibirnya sendiri saat Muhris menarik dagunya agar mereka bisa saling bertatapan serta membelai rambutnya dengan mesra; rambut yang hitam lurus sepanjang bahunya.
“Kamu cantik sekali, Pertiwi…” Suara itu terdengar lirih, dan Pertiwi hanya terpejam menahan semua perasaannya.

Itu adalah ekspresi terbodoh yang pernah ia lakukan, atau justru yang terbaik, karena semuanya mendorong Muhris untuk mengecup bibirnya dengan lembut. Ciuman hangat dan penuh cinta, membawa Pertiwi terbang tinggi dan melupakan dunia ini.
“Mmmh…” Pertiwi hanya terpejam pasrah. Tubuhnya gemetar hebat.

Tapi mulutnya terbuka lebar saat lidah Muhris mulai menjulur dan menggelitiki rongga mulutnya. Lidahnya ikut bergerak meski masih sangat kaku, saling menggelitiki untuk mendapatkan sensasi aneh yang sempurna.
Tangannya begitu saja memeluk lengan Muhris yang kokoh, yang saat itu tengah melingkarkannya di pinggangnya sendiri.

Waktu seakan berhenti. Dan keduanya terpaku seperti sepasang patung sihir. Hanya helaan nafas yang terdengar di sela-sela ciuman membara dan dipenuhi gelora cinta.
Kedua tubuh itu merapat dan saling bergesekan, seakan tak dapat terpisahkan. Saling memberikan rasa hangat yang aneh dan membangkitkan seluruh saraf yang tertidur.

Keduanya baru berhenti ketika nafas mulai habis dan terengah-engah kelelahan. Pertiwi kaget dan merasa malu sekali. Mulutnya basah akibat ciuman panas itu.
Tapi ia tak dapat berbuat apa-apa selain menanti yang terjadi selanjutnya. Ia membiarkan Muhris memasang anting-anting di kedua telinganya.
Ia menahan rasa geli saat jari jemari Muhris seakan menggelitik kedua telinganya, dan menurut saja ketika pria itu menuntunya ke hadapan cermin besar.
“Lihat… Kamu cantik sekali..”

Pertiwi melihat sekilas ke cermin, menyaksikan dirinya sendiri tanpa jilbab, dengan dihiasi anting-anting dan kalung mutiara dari kekasihnya. Ia merengek manja dan menutup muka dengan telapak tangannya.
“Aah… Muhris jahat… Pertiwi malu…” “Malu sama siapa?” Mereka bercanda dengan mesra dan lebih hangat.

Ciuman tadi telah menyingkapkan tabir kekakuan yang telah terbentuk selama ini. Mereka kini lebih mirip sepasang kekasih, dengan pelukan dan ciuman hangat yang sarat nuansa cinta.
Pagi itu adalah pagi terindah bagi Pertiwi. Menghidangkan sarapan di meja makan untuk Muhris membuatnya merasa seperti seorang istri yang melayani suaminya. Muhris dan adiknya sangat puas dengan masakannya.
Canda tawa menghiasi makan pagi mereka yang berlangsung dengan santai. Seusai makan Hana langsung berangkat sekolah, meninggalkan sepasang sejoli yang dimabuk asmara itu tanpa kecurigaan apapun.

Membiarkan keduanya menikmati hari dalam kemesraannya. Tapi, kalau kamu berpikir malam itu keduanya melakukan hubungan-hubungan khusus suami istri, percayalah bahwa kamu salah besar.
Mereka masih terlalu penakut untuk melakukan hubungan yang lebih jauh. Meskipun ciuman mereka semakin panas, aktivitas lain masih terhitung sopan karena tangan Muhris tak pernah bergerilya seperti tangan para professional.

Masih tetap pelukan sopan yang tak melibatkan rabaan ataupun sentuhan lain. Keduanya tidur terpisah dan tak ada aktivitas nakal di malam hari.
Pertiwi pulang dari rumah Muhris sekitar pukul sepuluh pagi, setelah banyak ciuman tambahan sehabis sarapan dan mandi pagi. Kepada orang rumah ia bilang sekolah pulang cepat.
Seharian ia lebih banyak mengunci diri dalam kamarnya, menikmati sensasi imajinasi yang semakin liar dibanding waktu sebelumnya. Pertemuan selanjutnya ternyata lebih lama dari yang diduga.
Keduanya benar-benar tersibukkan oleh tugas-tugas sekolah, hingga baru bertemu lagi (untuk berduaan tentunya) dua minggu setelahnya. Keluarga Muhris berlibur ke rumah nenek di luar kota.
Alasan ujian membuat Muhris bisa menghindar dari paksaan orang tuanya, sehingga rumahnya bebas selama satu minggu penuh. Itulah saat yang tepat untuk bermesraan dengan Pertiwi, dan ia telah menyiapkan banyak hal untuk pekan yang istimewa itu.

Pertiwi datang pagi hari itu dengan mengenakan seragam sekolahnya.
Perpisahan yang cukup lama ternyata membuat gadis itu lebih agresif, sehingga, meskipun tetap Muhris yang harus memulainya, Pertiwi memberikan balasan yang sedikit liar dan nakal.
Muhris sampai megap-megap kewalahan. Sesudahnya mereka tertawa-tawa sambil berpelukan di atas sofa, sembari mata mereka menatap layar TV tanpa bermaksud menontonnya.

Sekitar menjelang siang Pertiwi dibonceng Muhris untuk main ke Mall M. Setelah itu dilanjutkan ke taman L dan bermain sepeda air di sana.
Mereka juga melakukan banyak hal yang menyenangkan, yang membuat mereka lupa waktu. Hari telah senja ketika keduanya memutuskan untuk pulang, saat langit berubah gelap dan tiba-tiba saja menjadi hujan yang sangat deras sebelum keduanya tiba di rumah.
Tak sampai lima menit ketika keduanya berubah basah kuyup, dan Pertiwi telah menggigil kedinginan saat perjalanan belum mencapai setengahnya.

Keduanya tiba di rumah saat menjelang makan malam. Oleh-oleh yang mereka beli di jalan telah basah kuyup dan tak ada satu bagianpun yang kering dari diri mereka.
Tubuh Pertiwi menggigil hebat dan wajahnya pusat pasi. Bibirnya agak membiru. Muhris bergegas membawa gadis itu ke dalam rumah dan menyiapkan air panas di bath-tub kamar atas.

Sementara menunggu gadis itu mandi, ia menyiapkan dua gelas susu coklat panas dan sekaleng biskuit kacang. Ia sendiri langsung mandi setelah itu, dan keduanya selesai setengah jam kemudian.
Pertiwi baru sadar bahwa ia tidak memiliki pakaian ganti, dan kebingungan sampai mengurung diri di kamar mandi. Muhris berusaha meminjamkan pakaian ibunya, tapi pakaian bersih ibunya terkunci dalam lemari.
Sementara itu pakaian Hana juga tak muat dan terlalu kecil. Untunglah Muhris ingat bahwa di kamar tamu ada pakaian-pakaian saudara sepupunya, yang biasa disimpan di sana untuk dipakai jika menginap di rumah Muhris.
“Tapi… Sepupuku tidak berjilbab. Jadi pakaiannya agak… Kamu coba aja deh cari yang pas. Aku tunggu di ruang TV…” Pertiwi kebingungan sendiri di kamar tamu itu.

Ia agak risih karena semua pakaian di dalam lemari itu adalah pakaian-pakaian yang gaul, serba ketat dan serba minim.
Cukup lama ia memilih dan tidak menemukan juga pakaian yang cocok untuk dirinya, sehingga ia memilih pakaian yang menurutnya agak paling sopan.
Tapi tetap saja serba minim. Dengan malu ia mengenakan pakaian pilihannya dan menghampiri kekasihnya di ruang TV.
Wajah Muhris berubah kaget dan matanya bergerak kesana-kemari; mata yang biasa Pertiwi temukan pada pria-pria nakal di pinggir jalan.
Tapi Pertiwi tahu semua ini karena dirinya, dan setengah menangis ia berusaha menutupi keterbukaan dirinya dengan kedua tangan. Bagaimana tidak?!
Inilah pertama kalinya seumur hidup ia mengenakan pakaian minim di hadapan seorang pria, meskipun itu adalah kekasihnya juga.

Sepupu Muhris bertubuh lebih pendek dan kecil dari dirinya, sehingga kaus pink tipis bergambar Barbie yang ia kenakan benar-benar melekat ketat di tubuhnya, menampakkan lekuk-lekuk yang nyata dan mempesona.
Bahkan bagian pusarnya tidak betul-betul tertutupi, meskipun berkali-kali ia berusaha menarik kaus itu ke bawah.
Sementara itu, celana hijau lumut selututnya juga sama ketatnya, dan tidak benar-benar selutut, karena tubuh Pertiwi yang tinggi.
Pertiwi sebetulnya memiliki kulit yang putih bersih dan lekuk yang indah, sehingga ia nampak cantik menawan dengan pakaian seksi itu.

Terlebih rambut panjangnya masih setengah basah, menciptakan sedikit gelombang yang menambah aura kecantikannya.
Tapi Pertiwi tak terbiasa dengan hal-hal seperti itu, hingga ia merasa dirinya buruk dan norak. Ia takut Muhris meledeknya, serta jengah dengan keterbukaannya sendiri.
“Kamu cantik sekali, Pertiwi…” Suara Muhris terdengar bergetar, dan Pertiwi merinding ketika pria itu malah mendekatinya dan berusaha memeluknya. Ia berusaha menghindar dan tangannya menolak pelukan Muhris.
“Pertiwi malu… Jangan, Muhris… Jangan…” “Lho… Kenapa?”

Pertiwi hanya menggeleng dan Muhris berusaha menghormatinya. Mereka menghabiskan malam dengan menonton TV dan menghabiskan susu hangat di meja. Namun Pertiwi agak lebih pendiam dan gelisah.
Tangannya terus-terusan memeluk bantal besar, berusaha menutupi apa yang ada di baliknya.
Ia tak tahu bahwa pria di sebelahnya lebih gelisah lagi, meski alasannya sedikit berbeda. Ia terlalu sibuk oleh pikirannya sendiri hingga tak sadar bahwa mata Muhris terus menelusuri dirinya, seolah berusaha menelanjangi.

Awalnya Pertiwi tak sadar pada sentuhan itu. Berkali-kali Muhris mencium pipinya, tapi ia menganggap wajar hal tersebut. Itu hal yang biasa mereka lakukan, dan Pertiwi menganggapnya sebagai sun sayang yang biasa ia dapatkan.
Tapi Muhris kini telah melingkarkan tangan kiri melalui sandaran sofa dan mendarat di bahunya. Sedang tangan kanan diletakkan di atas lutut Pertiwi yang terbuka.
Cuaca memang sangat dingin akibat hujan yang tidak juga berhenti, hingga elusan di lututnya terasa nyaman dan menghangatkan, membuat Pertiwi setengah tak sadar ketika elusan itu makin merambat ke atas pahanya yang sedikit tersingkap.

Pertiwi sangat suka nonton sinetron dan tayangan di TV adalah sinetron favoritnya. Adegan dan kata-kata romantis di layar kaca seperti memberi hipnotis tersendiri.
Adegan ciuman memang disensor, tapi hal itu justru membuatnya tak kuasa menolak saat ciuman Muhris beralih ke bibir basahnya. Untunglah saat itu sedang iklan, hingga ciuman dari Muhris dapat diterima oleh Pertiwi sepenuhnya, yang baru sadar bahwa posisi duduk kekasihnya sangat mengintimidasi dirinya.
Tapi ciuman itu begitu manis dan menyenangkan, memunculkan rasa hangat yang menggelora yang sangat ia rindukan.

Tak perlu menunggu lama untuk membangitkan hasrat gadis itu. Pengalaman telah mengajarkan banyak hal kepadanya, sehingga lidahnya langsung menyambut saat Muhris mulai mengajaknya bermain-main.
Bibir Pertiwi termasuk agak tipis, merah dan masih alami. Namun lidahnya lincah dan pandai bergerak. Dengan daya dukung kecerdasan di atas rata-rata, ia menjadi gadis yang cepat belajar dan tahu bagaimana cara memuaskan lawan mainnya.
Muhris sendiri sangat kaget dengan kecepatan Pertiwi dalam mempelajari teknik-tekik baru, hingga di akhir pertandingan lidah mereka, ia membiarkan sang gadis mengalahkannya hingga pipi gadis itu merona akibat agresivitasnya sendiri.

Ketika berciuman Pertiwi lupa pada apapun. Tapi setelah selesai ia baru sadar bahwa sejak tadi tangan kanan Muhris terus-terusan membelai-belai pahanya, bergantian antara kanan dan kiri.
Kini ia benar-benar merasakan rangsangan itu, rangsangan yang lebih terkesan dewasa dibanding sekedar ciuman bibir.
Tangannya bertindak cepat, mencegah Muhris sesaat sebelum tangan kekasihnya itu menyentuh bagian pangkal pahanya.
Mulut mereka terdiam dan hanya mata yang berbicara. Muhris meminta, Pertiwi menolak halus. Tangan Muhris bergerak lagi, tapi Pertiwi mencegah lagi.

Muhris tersenyum manis. “Maaf, ya… Aku kelewatan…”
Pertiwi ikut tersenyum.
“Lebih baik kita dengar musik aja, ya! Kita berdansa. Seperti di film.”

Pertiwi diam menunggu dan manut saja pada apa yang diinginkan kekasihnya. Suara lembut mengalun dari player, dan tangan Muhris menjulur padanya. Pertiwi grogi karena ia belum pernah berdansa sebelumnya.
Muhris meyakinkan bahwa ia sama tidak tahunya seperti Pertiwi. Jadi tak usah malu karena mereka hanya berdua di sini. Dengan langkah-langkah kaku tubuh mereka bergerak pelan, saling berpelukan.

Keduanya tertawa pada gerakan masing-masing, tapi tetap merasa senang karena ciuman dimulai lagi beberapa saat sesudahnya.
Tubuh Pertiwi hampir sama tingginya dengan Muhris, hingga ia tak perlu berjinjit untuk menyambut pagutan pria itu. Ia tak tahu bahwa kecantikannya makin memesona diri Muhris dan keremajaannya terus memancing-mancing gairah.
Belum lagi aroma parfum menebar dari seluruh tubuhnya. Tangan Muhris tak tahan untuk tidak mengelus-elus  tubuh bagusnya, bergerak dari pinggang ke arah atas.
Pertiwi masih setengah menganggap elusan itu adalah bagian dari gerakan berdansa. Ciuman bibir Muhris membuat tubuhnya lemas, hingga elusan itu ia nikmati saja seperti halnya ciuman di bibirnya.

Terasa geli saat menyentuh bagian samping dadanya.“Mmmh… Mmhhh…” Elusan tangan Muhris makin mengarah ke dada Pertiwi, membelai-belai benda yang lunak dan empuk itu.
Gadis itu mengejang karena rasa aneh yang melandanya. Itu adalah sentuhan pertamanya, dan ia masih sangat sensitif.

Tangannya secara refleks berusaha mencegah, tapi Muhris yang tak mau gagal lagi berusaha menahan Pertiwi agar tetap diam. Ciumannya makin liar hingga Pertiwi tak bisa mengelak.
Remasan di dadanya terasa makin nyata, membuat Pertiwi terengah-engah akibat rangsangan hebat di tubuhnya. Ia tak kuasa mencegah remasan itu, karena bagaimanapun dirinya ternyata menikmatinya.
Keduanya terengah-engah akibat ciuman yang panjang itu. Sedang muka Pertiwi makin memerah, karena ia benar-benar terangsang oleh remasan tangan Muhris di dadanya.
Payudaranya yang berisi membuat genggaman Muhris terasa penuh. Ia membiarkan dirinya terdesak ke dinding, hingga ia tidak sampai merosot jatuh saat remasan tangan Muhris makin lincah dan mempermainkan puncaknya yang masih tertutup kaus.

Ia hanya mendongak setengah terpejam dan tangannya yang bingung merapat ketat di tembok. Ia makin belingsatan karena di saat yang bersamaan ciuman Muhris mendarat di dagu dan lehernya bertubi-tubi.
Lehernya cukup panjang dan jenjang, hingga kepala Muhris dapat terbenam di sana dan memagut-magutnya seperti ular.

Pertiwi merasakan air mata mengalir lewat sudut matanya. Ia sangat kebingungan mengenali perasaannya saat ini.
Remasan tangan kanan Muhris berganti menjadi ciuman bibir. Ia sempat menunduk dan hanya melihat rambut kekasihnya.
Kepala Muhris terbenam di buah dadanya yang telah mengeras kencang, dan Pertiwi dapat mendengar kecipak-kecipuk saat Muhris melahap dadanya itu dengan sedikit buas.
“Muhris… Muhris… Ohhh. Apa yang kamu lakukan sama Pertiwiaa… Mmhhh… Jangan, Ris… Aahh…”

Muhris telah menggulung kaus ketatnya ke arah atas, berusaha menyingkapkannya agar buah dada itu lebih leluasa dinikmati. Lelaki itu terus meremas-remas dengan lembut dan penuh perasaan.
Menjepit dan mempermainkan putting susunya yang masih tertutup BH tipis berwarna krem.
Mungkin Muhris merasa gemas mendapati payudara yang demikian empuk dan kenyal itu, payudara perawan yang masih sangat sensitif dari sentuhan.
Keadaan Pertiwi kini sungguh mengenaskan. Kekasihnya menyerangnya di berbagai tempat, mempermainkan dirinya seperti sebuah boneka.

Bibir dan tangan kiri di payudaranya, tangan kanan di sela-sela pahanya.
Semuanya adalah sensasi yang baru pertama kali ia rasakan. Dulu ketika ia belum pernah mengalaminya, ia selalu berjanji bahwa ia hanya akan melakukan ini dengan suaminya di atas ranjang pernikahan.
Dulu ketika hal ini tak pernah terbersit dalam benaknya, ia sangat yakin mampu menjaga kehormatannya. Tapi kini ketika benar-benar mengalaminya, ia tak tahu apakah ia akan tetap sekuat itu.

Sentuhan-sentuhan ini terlalu melenakan dirinya, dan membangunkan perasaan rindunya yang telah lama terpendam. Ia sangat bingung hingga hanya mampu meneteskan air mata dan meremas remas rambut Muhris.
“Aku sayang kamu, Pertiwi… Mmmh… Aku sayang kamu…” Terdengar rayuan Muhris di sela-sela kesibukannya. Pertiwi hanya mampu menjawabnya dengan erangan-erangan aneh, karena saat itu tangan kanan Muhris telah menembus langsung ke pangkal pahanya.

Jari jemari pria itu menggosok-gosok dan mempermainkan di tempat yang paling sensitif, hingga Pertiwi merasakan celananya basah oleh cairan yang tak ia kenal sebelumnya.
Memang sentuhan tersebut bukanlah sentuhan langsung karena tubuh Pertiwi masih tertutup CD tipis dan celana ketatnya.
Tapi ini adalah sentuhan pertamanya, dan semuanya sudah lebih dari cukup untuk membangkitkan rangsangan dahsyat itu. Apalagi setelah beberapa lama Muhris tidak juga menghentikan aktivitasnya, melainkan menggesek-gesek dengan lebih liar.
Kemaluannya terasa seperti diaduk-aduk, hingga makin lama ia makin merasakan desakan yang aneh sangat sulit ia pahami.
Ia tak dapat menahan perasaannya. Ia terus mengerang… mengerang… hingga desakan itu makin menuju ke arah puncak… Ia tak sanggup bertahan lagi…
“Aaahh… Aaahh… Akhhhhh….” Pertiwi menjerit panjang saat orgasme melanda tubuhnya untuk pertama kalinya.

Tubuhnya mengejang kuat, melengkung seperti busur. Kakinya merapat menjepit tangan Muhris yang tak juga berhenti bergerak. Ia merasakan letupan-letupan dahsyat seperti sebuah terpaan badai.


Demikian Cerita Dewasa Nikmatanya Ngetot Cewek Berjilbab ,Semoga anda dapat terhibur atas posting kami kali ini,ikuti terus update kami selanjutnya di Dalam Dunia Kitta,terimakasih.
More aboutCerita Dewasa Nikmatanya Ngetot Cewek Berjilbab

Cerita Dewasa Aku Diperkosa Adik Iparku

Diposting oleh Unknown on Sabtu, 02 Februari 2013


Dalam Dunia Kita - kali ini akan Memberikan Cerita Sex ,dan tema cerita sex kali ini adalah Cerita Dewasa Aku Diperkosa Adik Iparku | Cerita Sex Aku Diperkosa Adik Iparku ,anda tentu tidak asing lagi mendegar kata cerita sex,karena semua orang yang sudah beristri pasti melakukan sebuah hubungan intim atau kegiatan sex, langsung saja kita simak cerita sex kali ini ,dan Baca Juga Cerita Dewasa Cerita Malam Pertama.
Cerita Dewasa
Cerita Dewasa Aku Diperkosa Adik Iparku

yang ingin coba aku bagi dalam cerita sex kali ini adalah cerita dewasa yang cukup memilukan hati. Aku telah diperkosa oleh adik iparku sendiri. Sebelum memulai cerita seks ini aku perkenalkan namaku Namaku Elly. Usiaku kini 23 tahun. Aku sudah menikah dengan Albert yang kini berusia 25 tahun, dan kini aku adalah seorang ibu muda, dengan seorang anak yang baru berusia 6 bulan yang kami beri nama Michael. Sejak pacaran dan menikah sampai sekarang ini, suamiku sering berpergian ke luar negeri untuk urusan pekerjaan. Aku sendiri adalah wanita yang mendapat karunia wajah yang cantik, itu menurut teman temanku. Aku memiliki rambut yang lurus dan panjang sampai sebahu. Tubuhku sudah kembali ramping dan indah seperti pujian suamiku, meskipun aku baru melahirkan setengah tahun yang lalu. Mungkin hal itu karena aku rajin mengikuti senam aerobik, dan memang aku menjaga pola makan supaya badanku tak semakin melar, dan aku sedikit banyak bangga karenanya.

Aku sendiri tidak bekerja di luar, karena suamiku memiliki penghasilan yang lebih dari cukup. Dan memang suamiku ingin aku menjadi ibu rumah tangga yang baik saja, dengan tinggal di rumah untuk merawat anak kami dengan baik. Kehidupan seks kami juga luar biasa. Suamiku adalah lelaki perkasa di tempat tidur, dan aku sungguh menikmati kehidupanku ini. Kini kalau suamiku tak ada di rumah, aku hanya tinggal dengan anakku, juga pembantu kami yang kupanggil bi Iyem, satpam kami yang bernama Adrian, tukang kebun kami yang bernama pak Jono, dan juga sopir kami yang bernama Sarman. Di usiaku yang sekarang ini, nafsu seksku tentu sedang tinggi tingginya. Ditinggal oleh suamiku bekerja seperti ini, kadang aku amat merindukan  bermain cinta dengannya. Demikian sekilas tentang keadaanku dan keluargaku.

Hari itu hari Sabtu. Siang hari itu, aku menerima telepon dan aku terkejut dengan berita yang aneh. Aku mendapatkan hadiah sebuah mobil lewat undian sebuah produk. Dan seingatku, aku tak pernah mengikuti prosedur undian itu.
Dengan santai aku berkata, “Pak, terserah bapak mau bicara apa, tapi saya tak akan pernah mentransfer uang apapun untuk pajak atau yang lain”.

Dan orang itu berkata panjang lebar, “Ibu Elly, kami memaklumi kalau ibu berhati hati, memang kami tak menyuruh ibu membayar apapun, karena pajak hadiah ditanggung oleh kami. Kami akan mengantarkan hadiah itu langsung ke rumah ibu sekitar satu jam lagi. Gratis bu, tak dipungut biaya apapun. Ibu boleh mencobanya, kalau ternyata mobilnya bermasalah kami langsung mengganti dengan yang baru. Tapi itu tidak akan terjadi bu, karena kami sudah melakukan More…pemeriksaan terhadap mobil ini”.
Mendengar hal ini, aku hanya bisa mengangkat bahu dan berkata, “Ya terserah bapak. Maaf, dengan bapak siapa saya bicara?”.

Dan orang itu menjawab, “Dengan bapak Anto. Ibu bisa menghubungi kantor kami di nomer *** ****. Aku mengiyakan saja dan kemudian memutus pembicaraan. Dalam hati aku merasa aneh, tapi ya kalau gratis, apa  salahnya?

Kulihat sekarang ini adalah jam 1 siang. Aku baru selesai makan siang, maka aku menyusui dan menidurkan anakku, supaya nanti ketika aku pergi aku tak begitu kuatir. Dan memang satu jam kemudian aku mendengar bel rumahku berbunyi, dan ketika aku keluar, aku melihat sebuah mobil Kijang Innova keluaran terbaru, dengan cat yang mulus mengkilap. Di belakangnya berhenti sebuah mobil Kijang pickup. Mungkin untuk mereka yang mengantar mobilku ini pulang nanti. Aku agak terkejut juga, berarti mungkin ini benar. Seseorang turun dari mobil pickup itu, sementara orang yang sudah berdiri di depan pintu rumah menyapaku.
“Bu Elly? Saya Anto”, kata orang yang bernama Anto itu sambil mengulurkan tangannya.

Aku menjabat tangannya dengan sedikit perasaan ragu dan menjawab “Elly”.
Orang itu memang penampilannya rapi. Tapi wajahnya agak seram. Aku mencoba membuang semua pikiran negatif. Dan kemudian orang satunya yang berpenampilan biasa biasa, yang juga berwajah biasa biasa, menjabat tanganku.
“Seto”, katanya.

Aku menjabat tangannya dan menjawab, “Elly”.
Setelah acara kenalan yang menurutku hanya formalitas ini, kami duduk di teras rumah, dan aku disodori formulir yang aku baca di bagian awal dan akhir saja, untuk memastikan aku tak keluar uang apapun untuk mendapatkan hadiah ini. Lalu Anto menawarkan padaku untuk mencoba mobil itu, karena nantinya aku harus mengisi formulir untuk memberikan ‘penilaian’ tentang kondisi mobil itu, sebelum acara serah terima surat kendaraan dilakukan. Aku setuju saja, dan aku menerima kunci mobil itu dari Anto. Aku masuk ke dalam mobil itu, joknya masih terbungkus plastik semua, baunya khas mobil baru. Dan dengan didampingi mereka, aku mulai mencoba mobil itu.

Semua baik baik saja, sampai tiba tiba di sebuah gang yang sepi di dekat rumahku, Anto yang duduk di kursi depan menarik handbrake. Aku terkejut sekali, sampai lupa menginjak pedal kopling dan mesin mobil ini mati. Aku menoleh kepada Anto, tapi belum sempat aku bertanya, dari belakang aku dibekap, oleh Seto tentunya. Kurasakan bau yang menyengat, dan tak lama kemudian semuanya gelap…
Perlahan aku mulai sadar. Aku mengeluh perlahan, ketika aku tak bisa menggerakkan kedua tanganku yang terentang. Sakit rasanya. Aku mulai mencoba mengerti apa yang terjadi pada diriku. Ternyata kedua pergelangan tanganku yang terentang ini, terikat erat pada semacam pilar di ruangan ini. Sedangkan aku sendiri terbaring di atas matras. Yang membuatku tercekat, aku sudah tak mengenakan apa apa lagi selain bra dan celana dalamku. Kakiku memang masih bebas, tapi apa artinya? Aku kini sudah tak berdaya dengan tangan yang terpasung seperti ini. Aku memejamkan mata dan menggigit bibir, tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi padaku. Aku mulai menyesali kebodohanku tadi, mengapa bisa terjebak dengan iming iming hadiah itu.

Tiba tiba pintu ruangan ini terbuka, lalu masuk seseorang yang membuatku ternganga tak percaya pada pengelihatanku.
“Arman?”, seruku tak percaya.
“Halo Elly… lama tak jumpa… bagaimana kabarnya?”, kata Arman dengan senyum yang membuat hatiku dingin seperti disiram air es. Aku takut sekali.
“Arman… apa yang kamu lakukan ini? Ingat Arman, aku ini kakak iparmu. Tolong lepaskan aku..”, aku mencoba menyadarkan Arman walaupun aku tahu ini mungkin sekali merupakan hal yang sia sia.

Aku tahu Arman memang menginginkan aku sejak aku dikenalkan Albert pada keluarganya. Arman adalah adik Albert yang kini berusia 24 tahun. Wajahnya memang cukup tampan. Dan sejak ia mengenalku, ia sudah beberapa kali mencoba mendekatiku, tapi tentu saja aku tak memberinya respon. Suatu hari ketika aku berkunjung ke rumah Albert saat masih tinggal bersama keluarganya, Arman nekat dan nyaris berhasil memperkosaku. Untung saja waktu itu kepulangan Albert menyelamatkanku, dan sejak itu aku tahu aku harus menghindari orang ini. Tapi kini aku sudah jatuh ke dalam tangannya. Tanpa sadar aku bergidik ngeri.

Mendengar kata kataku, Arman hanya tertawa. Ia mendekatiku dan ‘krek…’. Arman merenggut braku hingga tali talinya putus.
“Aduh…”, aku mengeluh perlahan, sedikit sakit rasanya pada bagian tubuhku yang tertekan tali braku saat ditarik Arman. Aku memejamkan mataku erat erat, malu sekali rasanya payudaraku terlihat oleh laki laki lain selain suamiku.
“Elly… Elly… kamu kira aku segoblok itu sudah bersusah payah menjebakmu seperti ini dan melepaskan kamu begitu saja? Hahaha… aku belum gila, Elly”, kata Arman sambil menyeringai mengerikan saat aku menatapnya dengan marah bercampur takut.
“Arman, kamu gila… lepaskan aku!!”, aku mulai panik dan membentaknya.
‘breeet… breeet’… seruanku dijawab Arman dengan merenggut robek celana dalamku, hingga kini aku sudah telanjang bulat.

Aku menjerit kecil. Kini aku hanya bisa memandangi Arman dengan jantung berdebar ketika ia mulai melucuti pakaiannya sendiri. Sesekali aku mencoba meronta, tapi tak ada hasil sama sekali karena aku benar benar tak bisa menggerakkan kedua tanganku yang terentang lebar. Aku tahu, nasib yang buruk akan segera menimpaku, dan perlahan aku mulai menangis.
“Lho sayang… kok nangis sih? Tenang saja, sebentar lagi kamu juga akan keenakan kok”, ejek Arman yang sudah bersiap di selangkanganku.

Aku semakin ngeri, dengan suara gemetar aku memohon, “Arman, tolong jangan begini… aku ini kakakmu… kakak iparmu… masa kamu tega berbuat begini padaku…”.
Arman tertawa sinis dan berkata dengan suara kasar, “Diam Elly. Kamu telah merendahkanku. Kamu selalu menolakku. Kamu tak pernah menghargai aku”.
Aku sadar kalau aku memang selalu menjaga jarak dengannya, karena aku merasa ia berbahaya. Dan kini memang semuanya terbukti kan?

Dan sambil merenggangkan kedua pahaku lebar lebar, Arman melanjutkan, “Kamu tak pernah mau aku ajak pergi makan berdua. Kamu anggap aku tak layak pergi berdampingan bersamamu. Benar benar perempuan sombong! Karena itu sekarang rasakan pembalasanku!”.
Berkata begitu, Arman menempelkan kepala penisnya ke bibir liang vaginaku. Aku makin panik dan berusaha menggerakkan pinggulku menghindari hunjaman penis Arman saat Arman mulai memajukan pinggulnya.
Berhasil, penis itu tak sampai melesak masuk menerobos liang vaginaku.

Tapi rupanya Arman marah dengan perbuatanku, ia menamparku dengan keras, hingga aku mengaduh dan menangis kesakitan.
“Jangan coba coba lagi Elly, atau nanti kamu akan kuberikan pada dua kacungku di depan itu!”, ancam Arman dengan suara yang mengerikan.
Mendengar hal itu aku langsung melemas dan pasrah, di sela tangisanku, aku hanya bisa mengumpat getir, “Kamu gila.. Arman”.

 Cerita Dewasa Aku Diperkosa Adik Iparku Arman hanya tertawa dan aku hanya bisa membiarkan kepala penis Arman menemukan bibir liang vaginaku, dan sesaat kemudian aku mengerang kesakitan saat liang vaginaku tertembus oleh batang penis Arman.
Aku mulai menangis saat Arman memompa liang vaginaku. Walaupun aku sudah pernah melahirkan, tapi berkat senam dan ramuan khusus, liang vaginaku kembali menyempit. Konsekuensinya, kini aku merasa kesakitan karena liang vaginaku dipompa penis Arman yang cukup besar.

Aku memalingkan mukaku supaya tak melihat wajah Arman yang kesenangan karena berhasil mendapatkan tubuhku. Ia meremasi kedua payudaraku dengan gemas, seolah melampiaskan segala nafsunya yang tak kesampaian untuk menikmati tubuhku sejak dulu. Sedangkan aku sendiri hanya bisa terus menggeliat kesakitan.
“Elly… punyamu enaak”, erang Arman dengan tatapan penuh gairah padaku sambil terus menggenjotku.

Ingin aku menamparnya, tapi kedua tanganku tak bisa kugerakkan. Aku hanya bisa merelakan liang vaginaku ditembusi oleh laki laki yang harusnya memperlakukanku sebagai kakak iparnya. Tapi Arman memang sudah  kesetanan, ia mulai mencumbuiku dengan sangat bernafsu. Bibirku dilumatnya dengan ganas, sementara kedua payudaraku diremasnya dengan kuat.

Perlahan aku mulai terangsang karena perbuatan adik iparku ini, rasa terhina karena diperkosa mulai berganti dengan rasa nikmat yang melanda selangkanganku dan juga sekujur tubuhku.
Rupanya vaginaku sudah mampu beradaptasi dengan ukuran penis Arman yang tadinya terasa begitu menyesakkan. Aku malu sekali, ingin rasanya aku menyembunyikan wajahku yang terasa panas ini. Tapi tentu saja hal itu tak bisa kulakukan, maka aku hanya bisa pasrah namun mati matian berusaha menahan diri supaya tak kelihatan menikmati hal ini.

Tapi sayangnya, tubuhku terlalu jujur, perlahan tanpa mampu kucegah, pinggangku terangkat saat aku menahan nikmat yang luar biasa. Kurasakan penis Arman melesak begitu dalam ketika ia menghunjamkan kuat kuat kedalam liang vaginaku, membuatku menggeliat keenakan seperti cacing kepanasan.
Arman tertawa sinis dan mulai menghinaku, “Ternyata kamu menikmati punyaku juga Elly. Makanya kamu jadi cewek jangan sok suci.. hahaha.. kalau sudah kemasukan gini, toh kamu keenakan juga..”.

Sambil menghinaku Arman terus memompa liang vaginaku dengan gencar. Aku sudah tak tahu apa yang harus kulakukan, karena perlahan tapi pasti aku sedang diantar menuju orgasme.
“Arman… oohh… sudaah… ampuuun… ennngghh”, aku mulai mengerang dan melenguh.
“Kenapa El? Enak ya?”, ejek Arman dan malah makin gencar memompa liang vaginaku.
“Kamu…”, aku tak bisa menjawab, tubuhku menggigil, selangkanganku serasa akan meledak.

Aku terus mengerang dan melenguh, sampai akhirnya aku mengejang hebat, kepalaku terlempar ke sana kemari karena aku menggelepar dihantam badai orgasme ini.
“Oh Elly… kamu cantik sekali kalau seperti ini”, desah Arman yang tak menunjukkan tanda tanda akan orgasme, sementara aku sendiri sedang menderita dalam kenikmatan orgasme yang berkepanjangan ini, dan nikmatnya selangkanganku yang terus dipompa Arman semakin menjadi jadi.

Namun rasa ngilu mulai menghampiri liang vaginaku, dan makin lama rasa itu makin menderaku.
Aku sudah tak kuat lagi, dan berteriak “Armaaan… aaaaah… hentikaaaan… amppuuuun…”.
Ia benar benar perkasa seperti suamiku, hanya saja suamiku lebih pengertian, membiarkanku beristirahat kala aku mengalami orgasme. Sedangkan Arman sama sekali tak memperdulikan keadaanku, ia hanya mencari kenikmatannya sendiri.

Aku makin menderita dalam kenikmatan ini, rasanya tulang tulang di dalam tubuhku terlepas semua dari sambungannya, sementara tubuhku meliuk liuk dan menggelepar terhempas badai orgasme yang terus menerus ini. Entah cairan cintaku sudah membanjir berapa banyak, aku mulai pening dan tak mampu mengerang lagi. Dengan kejam Arman terus memompa liang vaginaku, sampai akhirnya ruangan ini rasanya berputar, semuanya gelap…

Ketika aku mulai sadar, kurasakan kedua puting susuku seperti ada yang mengulum dan menyedoti dengan kuat. Vaginaku masih terasa sedikit sakit, tapi sudah tak terasa sesak, artinya Arman sudah selesai memompa liang vaginaku. Becek sekali rasanya liang vaginaku, aku tahu si brengsek itu pasti mengeluarkan spermanya di dalam sana. Untungnya aku sedang dalam masa tidak subur, jadi aku tak perlu takut hamil. Tapi kini aku sadar, ada dua orang sekaligus yang mengulum puting susuku, yang berarti ada orang lain selain Arman. Dan aku mulai mengenali mereka berdua ini, bahkan Arman bukan salah satu dari mereka. Ternyata Anto dan Seto yang kini sedang menyusu pada kedua payudaraku.
“Jangaaaan”, aku menjerit ngeri.

Aku tak bisa berbuat apa apa, kedua tanganku yang terentang ini tak bisa kugerakkan sedikitpun, sementara mereka berdua dengan santai meneruskan perbuatan mereka.
“Lepaskan aku… Armaaan kamu bajingaaaan…”, aku mengumpat dalam keputus asaanku.

Dan kudengar tawa yang membuatku bergidik ngeri. Kemudian aku melihat Arman masuk, dan memegang handycam.

Ia merekamku! Merekamku yang sedang pasrah tak berdaya saat kedua puting susuku disedot oleh kedua kacungnya.
“Biadab kamu Arman… Kamu kan sudah janji..”, aku langsung terdiam.

Bajingan ini memang tak pernah berjanji apa apa.
“Kenapa Elly? Kok diam? Apa aku salah? Aku memang tak pernah berjanji kalau kamu tak akan kuberikan pada mereka bukan? Hahahaha…”, Arman tertawa dengan memuakkan.

Aku hanya bisa menangis. Habislah aku, aku sudah dalam cengkeraman Arman sepenuhnya. Entah seperti apa nasibku di hari hari berikutnya. Sementara kedua kacung Arman ini tertawa senang, dan mereka kembali mencucup kedua puting susuku dengan bersemangat, tak lupa tentunya mereka juga meremasi payudaraku.

Beberapa saat kemudian, dengan gaya yang menjijikkan, mereka membuka mulut mereka yang penuh air susuku ke arah kamera.
“Wow.. air susu Elly”, kata Arman sambil menyorot mulut kedua kacungnya.

Kedua orang itu menelan air susuku.
“Bagaimana rasanya Anto? Seto? Enak tidak?”, tanya Arman penasaran.
“Gurih abis bos, susu amoy gini”, kata Anto.
“Lebih enak dari susu sapi”, sambung Seto.

Kurang ajar sekali mereka ini. Dan Arman kelihatannya penasaran, lalu ia menaruh handycamnya.
“Aku juga ingin coba”, gumannya.

Ia mendekati payudaraku, dan setelah memberikan beberapa jilatan yang membuatku mau tak mau merasa terangsang, tiba tiba ia sudah mencucup puting susuku. Beberapa sedotan dilakukannya, sementara aku hanya bisa mendesah keenakan.
“Bos, susunya diremas”, kata Anto.
“Bisa tambah banyak keluarnya”, Seto menyambung.

Maka Arman menyedot puting susuku sambil meremasi payudaraku. Aku sedikit menggeliat kesakitan. Ia terus melakukannya sampai puas, sementara aku hanya bisa menggigil menahan nikmat.
“Susu yang enak, Elly”, kata Arman dengan nada puas.
“Nanti aku minta lagi”, sambungnya sambil kembali mengambil handycamnya.
“Lanjutkan”, perintah Arman pada Anto dan Seto.

Mereka berdua yang sudah melepaskan semua baju mereka hingga telanjang bulat selagi menunggu Arman mencicipi susuku. Mereka tentu saja kembali mengerubutiku dengan kesenangan.
Handycam itu kembali merekamku. Kini Anto dan Seto berniat memuaskan diri mereka sendiri, bisa terlihat dari mereka mengocok penis mereka sendiri untuk makin menegangkan ereksi penis mereka. Melihat ukuran penis mereka berdua ini, aku makin ngeri. Baik panjang maupun diameternya semuanya lebih dari ukuran milik Arman.

Aku berusaha mematikan semua perasaanku. Kini aku digumuli oleh dua kacung si Arman. Kedua pahaku dilebarkan oleh Anto. Aku masih terlalu lemas untuk mencoba menghindar.
Akibatnya, bless… kembali liang vaginaku tertusuk oleh sebatang penis.

Aku menggigit bibir, menahan segala perasaan malu dan sakit ini, air mataku terus mengalir. Handycam yang dipegang Arman terus menyorot ke arah vaginaku yang sedang dipompa oleh Anto. Mukaku rasanya panas sekali membayangkan aku sedang membintangi film porno amatir ini.
Perlahan Arman mengarahkan sorotan handycamnya ke arah tubuhku bagian atas, dan sempat berhenti agak lama ketika menyorot kedua payudaraku. Seto sempat meremasi kedua payudaraku dan semua itu disorot oleh Arman. Sementara itu tubuhku harus terus menggeliat karena menerima rangsangan dua orang sekaligus. Liang vaginaku dipompa dengan gencar oleh Anto sementara kedua payudaraku diremas dengan gemas oleh Seto. Aku sendiri antara mendesah keenakan dan merintih kesakitan. Liang vaginaku masih belum beradaptasi sepenuhnya dengan ukuran penis Anto, tapi sudah mendatangkan nikmat yang membuatku serasa melayang.
“Sudah… hentikaaan…”, aku mengerang dan mulai menggelepar, karena kurasakan liang vaginaku kembali ngilu dipompa segencar itu.

Anto sendiri kelihatannya sudah akan berejakulasi, tubuhnya bergetar hebat saat menggenjotku, dan tak lama kemudian ia mengerang panjang dan meneriakkan namaku, “Ooouuuhhh… bu Ellyyy…”.
Tubuhnya berkelojotan di atasku, dan kurasakan penisnya berdenyut keras di dalam sana. Beberapa semprotan lahar panas kurasakan membasahi liang vaginaku, dan Arman segera bergerak ke tempat yang bagus untuk menyorotan handycamnya ke arah vaginaku. Kurasakan Anto mencabut penisnya perlahan, dan Arman terus menyorot daerah vaginaku, aku malu sekali. Gejolak yang sempat membuatku hampir orgasme kini mereda. Tapi gilanya, si Seto langsung bersiap menggilirku, ia sudah mengarahkan penisnya ke liang vaginaku. Aku memang tak bisa apa apa, hanya bisa menggigit bibir saat kurasakan liang vaginaku tertusuk oleh penisnya Seto. Hanya saja sekarang rasanya tak begitu sakit, dan setelah beberapa genjotan, Arman menyorot mukaku, karena si Anto sudah menempelkan penisnya ke mulutku.
“Elly, ayo kulum”, perintah Arman.

Aku hanya bisa menurut, toh aku sudah tak ada gunanya lagi membantah. Daripada aku mendapat tamparan atau siksaan lain, aku lebih baik mengikuti kemauan bedebah ini. Perlahan kubuka mulutku, dan penis Anto yang masih belepotan sperma dan cairan cintaku, menerjang masuk ke dalam mulutku. Rasanya amis dan asin, membuatku ingin muntah. Tapi aku berusaha tak memikirkan rasanya, dan ingin cepat menyelesaikan tugasku. Aku terus mengulum penis si Anto ini, kubersihkan cepat cepat dan kutelan semua sisa spermanya dan cairan cintaku sendiri. Anto yang sudah tak tahan mengerang panjang dan menarik penisnya dari mulutku.

Penderitaanku belum selesai.
“Buka mulutmu, Elly”, perintah Arman sambil menyorotkan handycamnya ke mulutku.
“Perlahan!”, perintahnya lagi.

Aku mulai membuka mulutku perlahan, dan Arman terus menyorot mulutku.
“Bagus”, katanya dengan puas.

Aku malu sekali, pasti aku terlihat layaknya seorang wanita nakal dalam handycam itu. Tak lama kemudian tubuhku terguncang guncang, rupanya Seto mulai menikmati liang vaginaku. Dengan bersemangat ia menggenjot liang vaginaku, sementara aku tak tahu bagaimana sekarang raut wajahku saat menahan malu dan nikmat dan disorot oleh handycam milik Arman. Panas sekali wajahku rasanya, untungya Arman kemudian ganti menyorot tubuhku bagian bawah. Kini aku tinggal memusatkan perhatianku pada si Seto.

Diam diam aku melakukan gerakan kegel, sejenis gerakan menahan buang air kecil, sambil pura pura merintih keenakan, supaya Seto cepat ejakulasi dan semua ini segera berakhir. Sesuai harapanku, tak lama kemudian Seto yang terangsang habis habisan, melolong lolong dan meneriakkan namaku.
“Aaaaarrrrghh… Bu Ellyyyyy…”, jeritnya dan kemudian ia menarik penisnya, tentu saja setelah di dalam sana liang vaginaku dibasahi lahar panasnya.

Arman dengan giat terus menyorot liang vaginaku yang tentunya tak mampu menampung sperma kedua pemerkosaku ini. Jari tangannya ditusukkan ke liang vaginaku mengorek sisa sperma Anto dan Seto. Seto sendiri segera beranjak ke arah wajahku, aku tahu ia hendak menagih jatah servis oral dariku.

Seperti tadi, Arman yang buru buru mengarahkan handycamnya ke wajahku memberikan instruksi instruksi padaku hingga membuatku kembali terlihat seperti pelacur. Tapi aku hanya bisa menurutinya, walaupun dengan hati pedih.
Setelah semua selesai, Arman mematikan handycamnya.
“Arman, sudah, lepaskan aku… please”, aku memohon.

Tapi Arman tak menjawab, malah ia dengan bernafsu melihat ke arah payudaraku.
Aku langsung tersadar dan teringat keinginan Arman tadi, yaitu ingin merasakan air susuku lagi.

Dan memang benar, Arman segera melumat puting susuku, ia menyedot susuku sepuas puasnya. Aku mendesah keenakan, memang rasanya nikmat sekaligus amat merangsangku. Aku menggigit bibir, apalagi Anto ikutan melakukan hal yang sama pada puting susuku yang sebelah. Kini dua orang dewasa menyusu pada kedua payudaraku seperti bayi, dan aku hanya bisa memejamkan mata berharap mereka segera selesai.
Aku melamunkan suamiku… maafkan aku Albert… aku bahkan sempat orgasme ketika diperkosa adikmu…

Tak terasa sampai si Seto juga sudah puas menyusu, dan akhirnya ikatanku dilepaskan. Lega rasanya, walaupun terasa sakit pada bekas ikatan di kedua pergelangan tanganku. Aku duduk dan mengurut kedua pergelangan tanganku, dan aku memandang Arman dengan benci sekaligus takut, karena dengan rekaman handycam itu, ia pasti akan menggunakannya untuk mengancamku agar menurutinya kelak kalau ia menginginkan tubuhku lagi. Ia tersenyum dengan penuh kemenangan ketika bersama dua kacungnya melihat hasil rekaman film porno tadi.
Aku malu sekali, dan aku mencari cari pakaian luarku yang ternyata berserakan tak jauh dari tempat aku digangbang tadi.
“Sudah puas kalian?”, bentakku dengan jengkel dan menahan tangis.

Aku memakai pakaianku tanpa bra dan celana dalam. Keduanya memang sudah tak bisa aku pakai karena tadi direnggut paksa dari tubuhku hingga robek. Mereka tertawa tawa dan beberapa saat lamanya mereka menonton rekaman pemerkosaan terhadap diriku, kemudian Arman mematikan handycamnya. Ia menghampiriku dan tiba tiba melumat bibirku.
Aku menarik wajahku ke belakang untuk melepaskan diri dari ciumannya, lalu aku menamparnya, keras sekali.
“Bajingan kamu Arman! Kamu tega sekali melakukan ini semua… sekarang antarkan aku pulang!”, kataku lirih, sambil menangis.

Arman mengelus pipinya yang baru kutampar keras itu dan memandangku dengan aneh. Aku bergidik ditatap oleh Arman seperti itu. Lalu Arman melangkah ke arah luar diikuti oleh kedua kacungnya. Aku mengikuti mereka, dan dengan tegang aku masuk ke dalam mobil Kijang Innova pembawa petaka itu. Aku duduk di kursi penumpang depan, Arman yang menyetir, sementara Anto dan Seto duduk di belakang.
Dalam perjalanan, kami semua diam, sedangkan aku sendiri dalam ketegangan yang luar biasa, karena aku berada semobil dengan para pemerkosaku. Tapi untungnya mereka tak melecehkanku lebih lanjut, dan mobil sialan ini mengarah ke rumahku.

Ketika aku turun dari mobil, aku mendengar Arman berkata, “Elly, sampai ketemu lagi, kapan kapan kita main main lagi ya”.
Dengan muak aku membanting pintu mobil, dan aku segera masuk ke dalam rumah sambil menahan tangis.
Aku segera melihat anakku. Agak lega melihatnya masih tertidur pulas.

Aku segera mandi dan keramas, membersihkan tubuhku yang sudah ternoda oleh adik iparku yang bejat itu, yang tega menyerahkanku pada dua kacungnya. Aku memang rindu bermain cinta, tapi itu adalah dengan suamiku sendiri, bukan dengan Arman, bukan dengan mereka ini. Apalagi diperkosa seperti tadi, sakit sekali hatiku rasanya. Tanpa sadar aku kembali menangis.

Aku tahu hari ini adalah hari pertama aku mengalami penghinaan seperti ini, dan ini bukan hari terakhir.
Terbukti dua hari kemudian, aku mendapat kiriman DVD dari Arman, yang berisi rekaman pemerkosaan terhadap diriku oleh dua kacungnya itu, dengan sebuah surat bertuliskan “Elly, lain kali kita bermain tanpa ikatan pada kedua tanganmu… kamu pasti akan lebih menikmatinya”.


Demikian Cerita Dewasa Aku Diperkosa Adik Iparku ,Semoga anda dapat terhibur atas posting kami kali ini,ikuti terus update kami selanjutnya di Dalam Dunia Kitta,terimakasih.
More aboutCerita Dewasa Aku Diperkosa Adik Iparku

Cerita Dewasa Cerita Malam Pertama

Diposting oleh Unknown


Dalam Dunia Kita - kali ini akan Memberikan Cerita Sex ,dan tema cerita sex kali ini adalah Cerita Dewasa Cerita Malam Pertama | Cerita Sex Cerita Malam Pertama ,anda tentu tidak asing lagi mendegar kata cerita sex,karena semua orang yang sudah beristri pasti melakukan sebuah hubungan intim atau kegiatan sex, langsung saja kita simak cerita sex kali ini ,dan Baca Juga Cerita Dewasa Kusus Dewasa.
Cerita 17+
Cerita Dewasa Cerita Malam Pertama


Kisah ini ditulis dari sudut seorang istri Asia pandang dalam budaya di mana pasangan hidup dengan mertua. Kisah pertama menceritakan bagaimana seorang gadis merasa sulit untuk bercinta di malam pertama dan untuk pertama kalinya dengan suaminya, karena itu adalah pernikahan yang diatur. Perjodohan yang umum di negara-negara tertentu di mana pengantin wanita hampir tidak akan tahu suaminya sebelum pernikahan. Kasih dalam pernikahan yang diatur biasanya terjadi setelah menikah dan bisa sangat menarik. Silakan anda Melanjutkan Membaca "Cerita Dewasa", Cerita Malam Pertama"

"Hei bayi, bye, sampai jumpa di malam hari. Aku akan menjemputmu pukul enam," bisik suamiku, Raj, di belakang telinga saya ketika saya sedang mencuci piring.
Aku hanya tersenyum dan mengangguk karena ibu mertua juga di dapur. Situasi ini sangat umum di rumah kami, karena Raj dan saya telah tinggal bersama mertua saya sejak pernikahan kami. Seperti yang saya dibesarkan di sebuah keluarga besar, (ibu saya tinggal bersama mertuanya juga), situasi ini sangat akrab bagi saya. Saya diajarkan bahwa asmara pasangan hanya di kamar tidur mereka, dan saat-saat intim tidak diizinkan di mana saja di sekitar rumah.
Aku sudah menikah dengan Raj selama enam bulan sekarang, dan sudah dijodohkan. Keluarga saya memilih suami saya untuk saya. Raj dipilih berdasarkan latar belakang keluarganya dan kemampuannya untuk mendukung  saya setelah menikah. Sebelum saya bertemu dengannya, saya sangat gugup dan khawatir bahwa saya mungkin tidak menyukai dia. Bagaimana aku bisa tinggal bersamanya jika saya tidak menyukainya?
Untungnya bagi kita, cinta memicu segera setelah kami bertemu. Dia tampan, manis, dan ceria. Kami menikah tiga bulan setelah pertemuan, tapi selama waktu itu kami tidak pernah pergi berkencan. Hal ini sangat umum di kalangan masyarakat kita di sini.
Akhirnya malam itu aku takut tiba: malam pengantin kami. Dalam budaya kita, sebelum pengantin masuk kamar tidur, dia akan disarankan oleh ibunya dan usia lanjut. "Suami Anda adalah untuk dihormati. Setiap keinginan itu harus dipenuhi, bahkan jika Anda tidak mood" adalah saran yang diberikan kepada saya. Aku benar-benar tidak setuju tapi tetap diam. Pikiran saya dipenuhi dengan ribuan pertanyaan, dan saya gemetar sedikit ketika saya dikirim ke kamar tidur.
Aku nyaris tidak tahu Raj belum. Meskipun kami saling menyukai, kami tidak pernah berbicara banyak. Bagaimana aku bisa bereaksi?
Saat aku memasuki kamar tidur, ia sedang duduk di tepi tempat tidur, menunggu. Aku menjadi semakin gugup.

Cerita Dewasa Cerita Malam Pertama Tapi apa yang terjadi malam Pertama itu adalah hal termanis yang bisa dilakukan setiap suami untuk istrinya. Cinta saya untuk dia tumbuh ke ketinggian yang sangat besar setelah malam itu. Dia mengatakan kepada saya untuk duduk di sebelah dia dan kemudian mengambil tangan saya. Saya pikir ia merasa tangan saya gemetar dan merasakan sangat dingin.
Raj hanya tersenyum dan berkata, "Sasha, aku tahu kau sangat gugup .. aku juga"
Aku tahu dia gugup juga. Dia berdehem dan melanjutkan.
"Kau tahu aku jatuh cinta padamu saat aku melihatmu aku tahu kami dibuat untuk satu sama lain, tapi kami tidak pernah benar-benar mengenal satu sama lain.
Dia berhenti dan melihat jauh ke dalam mataku. Aku terus diam karena saya tidak tahu harus berkata apa!
"Saya percaya bahwa seks muncul secara alami dan tidak boleh dipaksa."
Saya Oh! Ia berpikir hal yang sama saya lakukan! Aku tersenyum kembali padanya dan menunggu dia untuk melanjutkan.
"Jadi mungkin kita harus menyimpan malam pertama kami bersama-sama sampai kita benar-benar mengerti satu sama lain dan biarkan datang secara alami Seks tidak hanya untuk kesenangan saya. Hal ini juga untuk kesenangan Anda. Aku bisa menunggu selama yang kamu butuhkan untuk menjadi nyaman.. Apa pendapat kamu? "
Saya terkejut dan senang pada saat yang sama! Apa orang akan setuju untuk menunggu istrinya siap untuk seks pertama kali? Saya hampir menangis dan hanya mengangguk setuju.
Saya sangat terkejut. Dia benar-benar tulus. Aku mengambil bantal dan menyusunnya di sofa dan kemudian diubah menjadi gaun malam saya. Ia keluar dari kamar mandi dan berjalan ke arahku.
Aku ingin memeluknya tapi terlalu gugup. Saya menduga ia bisa membaca pikiran saya. Dia datang kepada saya, menangkupkan tangan di wajah saya, dan mencium keningku
"Saya sangat mencintaimu," bisiknya. "Dan kau terlihat sangat lucu ketika Anda gugup."
Aku tersenyum dan memeluknya. Tangannya mulai ke ke bawah lengan dan menyentuh pinggang. Aku merasa ribuan kupu-kupu terbang dalam tubuh saya. Aku merasa begitu hangat dan aman dalam pelukannya.


Demikian Cerita Dewasa Cerita Malam Pertama ,Semoga anda dapat terhibur atas posting kami kali ini,ikuti terus update kami selanjutnya di Dalam Dunia Kitta,terimakasih.
More aboutCerita Dewasa Cerita Malam Pertama

Cerita Dewasa Kusus Dewasa

Diposting oleh Unknown on Selasa, 29 Januari 2013


Dalam Dunia Kita - kali ini akan Memberikan Cerita Sex ,dan tema cerita sex kali ini adalah Cerita Dewasa Kusus Dewasa | Cerita Sex Kusus Dewasa ,anda tentu tidak asing lagi mendegar kata cerita sex,karena semua orang yang sudah beristri pasti melakukan sebuah hubungan intim atau kegiatan sex, langsung saja kita simak cerita sex kali ini ,dan Baca Juga Cerita Dewasa Ngesek Bersama Sopir Pribadiku.
Cerita Dewasa Kusus Dewasa
Cerita Dewasa Kusus Dewasa

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kaum perempuan juga sering berfantasi tentang pasangannya. Namun karena keadaan yang terlalu lelah dalam aktivitasnya, membuat banyak kaum hawa merasa lelah dan kehabisan energi untuk mewujudkan fantasinya tersebut.
Salah satu solusi bagi pasangan suami istri, khususnya bagi para suami yang ingin mengetahui bagaimana caranya membangkitkan gairah istri agar kembali menggebu-gebu, salah satu alternatif yang layak dan pantas  dicoba adalah dengan cerita dewasa.

Salah satu hal yang kerap membuat pasangan Anda bergairah diatas ranjang bukan cuma sekedar kata-kata nakal saja. Tetapi Anda juga tidak salah kalau sesekali membisikkan ke telinganya tentang sebuah cerita dewasa yang bisa Anda adopsi dari berbagai sumber yang ada. Bisikkanlah cerita-cerita dewasa yang dirasa mampu membangkitkan imajinasi sensualnya. Dalam hal ini anda memang bisa tidak menggunakan kata-kata yang terlalu vulgar jika memang kurang berkenan.

Banyak kalangan yang mengkaim bahwa jurus cerita dewasa yang Anda ceritakan kepada pasangan sangat ampuh untuk menciptakan suasana yang menyanangkan dalam mengisi waktu luang Anda berdua. Anda bisa menceritakan berbagai cerita dewasa dimana saja. Tetapi yang pasti bahwa yang mendengarkan cerita-cerita erotis tersebut cukuplah hanya Anda berdua saja.
Bila Anda kurang berkenan menceritakan cerita dewasa secara langsung kepada pasangan Anda, maka hal ini bisa juga disampaikan melalui sambungan telepon atau email. Namun tempat yang paling direkomendasikan untuk menyampaikan cerita-cerita dewasa adalah di ranjang Anda sendiri.

Menurut artikel yang ditulis oleh Askmen berkaitan dengan cerita dewasa yang meningkatkan gairah istri ini, menyebutkan bahwa perempuan memiliki banyak sisi sensitifitas, terutama dalam imajinasinya. Cerita yang mendeskripsikan tentang sebuah aktivitas seksual nyaris memiliki rangsangan yang sama hebatnya pada sebagian perempuan.
Jika Anda tidak mahir dalam mengarang cerita-cerita itu sendiri, maka sebagai alternatif Anda dapat mencari sumber cerita dari berbagai majalah atau situs yang paling sesuai dengan fantasi anda. Lalu, bacakanlah pada  pasangan Anda.

Gairah Perempuan Meningkat Ketika Membaca Cerita Dewasa

Cerita Dewasa Kusus Dewasa Ada fenomena baru mengenai keterkaitan cerita dewasa dengan meningkatnya gairah seksual perempuan. Menurut sebuah survei terbaru yang diterbitkan oleh Netmums, situs pengasuhan di Inggris yang cukup terkemuka, menyebutkan bahwa sebanyak 2.183 orang perempuan yang mengikuti survei tersebut mengemukakan pendapat bahwa setelah membaca sebuah novel yang berisi cerita dewasa vulgar, menemukan fakta bahwa rata-rata wanita bercinta dengan pasangannya selama ini hanya seminggu sekali. Setelah membaca novel tersebut jumlahnya langsung meningkat menjadi 3 kali setiap minggu.

Selain itu ditemukan pula fakta bahwa dua pertiga perempuan yang mencoba membaca novel yang berisi cerita dewasa ini mengatakan bahwa durasi bercinta mereka semakin panjang, yaitu rata-rata 15 menit lebih lama. Sebanyak 1 dari 25 pasangan diketahui makin lama dalam melakukan aktifitas bercinta. Pasangan ini juga telah terinspirasi menggunakan posisi bercinta yang bervariasi.

Secara total dari jumlah responden menyebutkan bahwa, sebanyak 64 persen wanita mengatakan bahwa novel yang berisi cerita dewasa tersebut telah membuat petualangan seksualnya menjadi lebih hebat. Sementara itu, 54 persen lainnya mengatakan dorongan bercinta yang dihasilkan dari membaca novel makin memperkuat ikatan emosionalnya dengan pasangan.


Demikian Cerita Dewasa Kusus Dewasa ,Semoga anda dapat terhibur atas posting kami kali ini,ikuti terus update kami selanjutnya di Dalam Dunia Kitta,terimakasih.
More aboutCerita Dewasa Kusus Dewasa

Cerita Dewasa Ngesek Bersama Sopir Pribadiku

Diposting oleh Unknown on Kamis, 17 Januari 2013


Dalam Dunia Kita - kali ini akan Memberikan Cerita Sex ,dan tema cerita sex kali ini adalah Cerita Dewasa Ngesek Bersama Sopir Pribadiku | Cerita Sex Ngesek Bersama Sopir Pribadiku ,anda tentu tidak asing lagi mendegar kata cerita sex,karena semua orang yang sudah beristri pasti melakukan sebuah hubungan intim atau kegiatan sex, langsung saja kita simak cerita sex kali ini ,dan Baca Juga Cerita Dewasa Ngentot Dengan Ibu Kandung.
Cerita Dewasa
Cerita Dewasa Ngesek Bersama Sopir Pribadiku
Cerita Dewasa ini adalah kisah nyataku, yang sampai saat ini masih berlanjut antara aku dan pak warso.
” aaaahhhh…..aaahhhh….” pak warso mendesah desah ketika aku menghisap buah peler nya.

Pak warso menarik bahuku, dan mendorong tubuhku ke ranjang, aku telungkup di ranjang , dengan posisi setengah badan di ranjang dan kaki ku menjuntai ke lantai.
Pak warso menarik ke duah kakiku agar melebar pak warso kemudian sedikit menurun kan badan nya, memukul mukul kan batang itu ke bongkohan pantat ku.
” aaahhh…pak ….ayo pak …aku sudah tidak tahan jangan permain kan aku pak” kata ku menghiba.
pak warso membalik kan badanku , kemudian pak warso mennusuk kan gada yang merah itu ke lubang vaginaku.
” aaahhhkkkk….pak sakit pak…sakit…” teriak ku saat kontol bear tu mencoba menyeruak masuk, aku mendorong kaki pak warso dengan kaki ku agar menjauh.

Pak warso adalah sopir bribadiku yang sudah lama kerja di rumahku. Sore itu pak Warso mengantarku ke kantor notaris, karena ada urusan yang harus aku selesai kan. Aku duduk di jok belakang, tiba2 saja aku mengamati pak warso yang selama ini menjadi sopir keluargaku.”hhmmmm…ternyata dia boleh juga, badan dia kekar dan berotot, palagi itu nya yah…pasti nyummi” pikiran pikiran kotor mulai mempermainkanotakku.
“pak Warso…dah berapa lama sih menikah kok belum punya anak” pancingku
” 16 tahun Bu” jawab nya singkat
” kok lom punya anak…pasti Pak Warso kurang genjotan nya” kataku mulai menjuru
” siapa bilang bu…orang saya paling jago di ranjang…istri saya saja kadang minta ampun nangis nangis” jawab nya

Aku dan pak warso memang dari dulu suka bicara blak blakan tapi baru kali ini menjurus ke sola ranjang.
” aahh…G percaya aku pak” jawabku
“apa ibu mau saya kelonin…biar percaya” jawab nya sambil masih menyetir mobil.
pikiranku semkain tidak menentun membayangkan tangan tangan Pak warso menyusuri tiap inchi kulit tubuhku.
”nggak ah pak laki laki mah besar di mulut doank…kek tamu tak di undang…belum juga di suruh masuk udah keluar duluan’ jawab ku sedikit menantang.
”Bu…andai saja Ibu bukan majikan saya, dah dari dulu ibu saya perkosa” jawab nya mengaget kan aku.

Sepulang dari kantor notaris pikiranku masih saja memikirkan kata kata pak Warso
ingin rasanya menikmatin benjolan di balik seleting celana itu.
“pak, tolong belikan ini ya…pake uang bapak dulu deh nanti aku ganti” kataku sambil menyerahkan secarik kertas yang sebenar nya bukan lah catatan belanja melain kan tulisanku menantang dia.
” PAK…AKU TUNGGU SAMPAI DIMANA KAMU BERANI SAMA AKU….KALO MEMANG JANTAN BUKTIKAN”
tulisku di kertas itu.

Aku menuju meja makan setelah memberikan note kecil pada pak warso, aku duduk di meja makan, yang arah nya membelakangi ruang tamu. Rumah ku selalu rame maklum keponakan dan orang tuaku juga tinggal denganku. Tiba tiba saja aku merasakan tangan kekar mencengkeram susuku, meremas nya dengan gemas nya, dan nafas memburu terdengar jelas di telingaku.
” aaahhhh…kamu mau aku entot dimana…katakan…hhhhmmmmm….” katanya sambil terus melumat kupingku dan meremas remas payudaraku yang montok .
” ssshhhh…..aaahhhh pak…terusin pak….nikmat sekali” jawabku sambil mulai meraih bibir nya, aku semakin bernafsu ketika tangan pak warso turun keselakanganku. aku semain gila menerima rangsangan itu.
“ooohhhh….hhhhmmmm….terusin pak….ayo pak terusin” ketika tiba tiba aku merasa remasan remasan dia  mengendor bersamaan lenyap nya dia dari belakangku. Aku kecewa bukan kepalang, aku masuk kamar dan menutup pintu.

Keesok hari nya aku sengaja nggak ngomong apa apa ke pak warso , aku masih marah akibat semalem. dalam perjalanan ke kantor ku aku hanya membisu.
” maafin aku bu, habis situasi nya seperti itu” tiba tiba dia membuka pembicaraan.
” sudah lah pak, kalo memang nggak bisa muasin orang nggak usah banyak bicara” jawabku ketus

Tapi tiba tiba laju mobil memutar ke arah menjauh dariarah ke kantorku, menuju pinggiran kota.
” mau kemana sih pak, aku bisa telat loh ” protesku.

Mobil terus melaju cepat menuju arah utara mendekati area pantai. sepuluh menit kemudian pak warso membelok kan mobil menuju sebuah Hotel. dalam hati aku tersenyum sendiri. Setelah pesan kamar Pak warso membawa mobil masuk kedalam, dan parkir di depan salah satu kamar. Hotel ini memang bagus karena memiliki kamar sweet yang indah dengan harga yang tak seberapa mahal.

17 tahun, cerita dewasa, Cerita dewasa 17 tahun, cerita mesum, cerita panas, cerita seks, sopir pribadi, Selingkuh,

Pak warso membuka pintu mobil, aku pura pura diam tak menghiraukan dia. Lalu pak warso menarik tanganku masuk ke kamar hotel. sesampai nya di kamar belum sempat aku berbicara, pak warso telah memelukku erat dan menciumiku dengan penuh nafsu.

” aaahhh…pak….ooohhhh…” desah ku sambil membalas kecupan kecupan nya, lidah pakwarso bermain main di rongga mulutku.

” sekarang kau boleh minta apapun yang kamu mau, aaaaahhh…aku sudah lama ingin mencumbu mu” kata pak warso di sela sela ciuman nya.

Cerita Dewasa Ngesek Bersama Sopir Pribadiku Tangan pak warso dengan kasar meremas kedua bukit kembarku, remasan yang kasar semakin membuat aku gila, tubuhku meliuk bagai kan penari yang gemulai.
Tangan pak warso mulai turun menyusuri berut ku …meraba pantat ku yang padat berisi.

” Bu….aaaahhh…aku sudah lama menanti saat saat seperti ini…ssshhh….aaahhhh….aku akan puas kan kamu ” ceracau pak warso sambil etrus menciumiku. ciuman itu turun ke bagian dadaku, sementara tangan kanan pak warso mulai menyelinap di balik rok spanku.

“Ooohhh….pak …ssshhhh…terus pak..puas kan aku hari ini” ceracauku
” hari ini aku milik mu pak…aaahhh….terus pak…terus…” kata kata yang tak terkontrol keluar begitu saja.

Pak warso membuka satu persatu kemeja kerja ku, dan melepas rokku dan melempar nya begitu saja. aku di dorong nya ke dinding.
masih dengan beringas nya pak warso menciumi, menciumi payudaraku, yang masih terbungkus bra, aku mengeliat geliat tak karuan.
” Bu…kamu begitu cantik, tubuh mu begitu indah…aku ingin menikmati tubuh indah mu ini” celoteh pakwarso, sambil tangan nya membuka pengait braku, seketika itu payudaraku yang montok menjadi sasaran lidah pak warso.
“terus pak…isep pak…isep terus…gigit…gigit puting nya pak” cercau ku
” OOohhh…indah nya….aaahhh…nikmat nya susu kamu bu”
” ayo pak …cepet pak nikmatin tubuhku ini…isep susuku yang montok ini”
“aahhhkk….oooohhhh….” aku memekik ketika pak warso tiba tiba sajamenyentuh bagian yang paling sensitif itu.

Tangan pak warso mengelus elus memekku yang sudah basah.
” pak…terus ..aaahhh…masukin jari nya pak ..ayo pak..” aku memohon padanya

Pak warso jongko di depanku, menarik pahaku kananku dan menaruh nya di pundak nya, kemudian pak warso menjilati memekku dengan rakus nya.
” ooohhh…pak…oh yah…ahhhh…terus pak…terus pak masukin lidah nya yang dalam pak”
” hhmmm….enak nya memek mu Bu…ahhh…ini itil nya ya bu…aku isepin ya sayang” kata pak warso.
” iya pak…isep pak..isep pak…terus pak ”
” ooohhhhhh……….aaaaaahhhhhhh….aaaaahhh….ahhhh…pak aku…aku…oohh…paaaak ..aku…” dengan menghentak hentak kan pinggulku tanganku menekan kua kuat kepala pak warso, tubuhku kejang kakiku gemetar, bagaikan mengeluarkan bongkahan batu yang teramat berat dri dalam rahimku.

aku mencapai orgasm yang pertama, kaki ku masih gemetar, pak warso tau aku tak bisa berdiri, dia membopongku keranjang. Kemudian dia menelpon room service memesan juice oranges kesukaanku.

Pak warso kembali menciumiku, melumat bibirku,kembali aku di permainkan nafsuku,kali ini aku lebih agresif, kubalas ciuman pak warso dan tanganku mengelus pundak pak warso.
ciumanku merambat ketelinga pak warso, kusapu habis telinga pak warso dengan lidah ku, kemudian ciumanku turun ke leher pak warso. Pak warso mendesah.
” aaahh…terusin sayang ciumi aku sampai kau puas” ceracau nyatangan pak warso mempermainkan payudaraku, meremas dan memilin putingnya yang mulai mengeras.

Tanganku mulai pindah ke ikat pinggang pak warso, segera saja aku buka ikan pinggang itu dan menurun kan celana panjang pak warso. terlihat jelas benjolan di balik celana dalam itu. Aku berjongkong di depan pak warso, perlahan ku turun kan celana dalam itu dan….wow besar nya, gumam ku.aku mengulum batang pak warso yang keras bak gada besi.

” ooohhhh….terus isep sayang…yah …yah…ohhh…aaahhhh ” pak warso mengerang
” aaaahhh…..terus sayang kulum habis kontol ku…aaahhhh ”

aku mengulum terus memain kan lidah ku di ujung nya yang merah mengkilat, dan menusuk nusuk kan lidah ku ke lubang yang imut itu.
” eeemmmm….pak …aaahhh kontol bapak nyumi sekali” desahku, sambil terus mengocok batang pak warso dengan bibirku, ku isep dan ku mainkan buah pelir yang menggelantung itu.
” aaaahhhh…..aaahhhh….” pak warso mendesah desah ketika aku menghisap buah peler nya.

Pak warso menarik bahuku, dan mendorong tubuhku ke ranjang, aku telungkup di ranjang , dengan posisi setengah badan di ranjang dan kaki ku menjuntai ke lantai.
Pak warso menarik ke duah kakiku agar melebar pak warso kemudian sedikit menurun kan badan nya, memukul mukul kan batang itu ke bongkohan pantat ku.
” aaahhh…pak ….ayo pak …aku sudah tidak tahan jangan permain kan aku pak” kata ku menghiba.

pak warso membalik kan badanku , kemudian pak warso mennusuk kan gada yang merah itu ke lubang vaginaku.
” aaahhhkkkk….pak sakit pak…sakit…” teriak ku saat kontol bear tu mencoba menyeruak masuk, aku mendorong kaki pak warso dengan kaki ku agar menjauh.

pak warso lalu jongkok di depan vaginaku, dan menyapu bibir vagina itu dengan lidah nya.
” aaahhh…pak …oooohhhh….terus pak…terusin pak…”
” aku masukin lagi ya sayang” kata pak warso
aku tidak menjawab aku hanya menanti batang itu masuk ke memekku yang sudah lapar dan haus akan kenikmatan itu.
” aaaahhhhkkkk….pelan pelan pak…ouch…sakit pak…sakit…” rintihku

pakwarso dengan perlahan dan pasti menusukkan kontol besar itu ke memekku.
” ooohhh sayang…sempit sekali…seperti punya perawan…aaahhh ”

Kontol itu masuk keseluruhan pak warso diam sejenak , menunggu agar memek basahku bisa menerima kontol yang besar itu.
” yah pak…iyah…iyah…terus pak ..terus…masukin yang dalam pak terus…ooohhh”
” sayang memek kamu nikmat sekali….memek kamu sungguh nikmat…aku akan entot kamu sayang…aku akan memuaskan kamu” oceh pak warso
” ooohhh pak terusin pak…kontol bapak besar dan nikmat….oh ya…yah..yah…” ceracauku diantara sodokan sodokan kontol pak warso.

17 tahun, cerita mesum, cerita panas, cerita seks, sopir pribadi, Selingkuh, cerita dewasa, Cerita dewasa 17 tahun,

pak warso menarik kontol nya dan memintaku turun ke lantai yang beralaskan selimut, dia memintaku nungging. pak warso membungkukkan bandan nya dan menciumi pantat ku, kemudian dia melebarkan bongkohan pantatku. lidah pak warso menyapu anusku.
” aahhkkk…pak…ooohhh….terus kan pak…iyah…jilati pak..ayo jilati terus anusku pak”
” eemmm…nikmat nya sayang…aku amat suka anus kamu yang indah ini” kata pak warso

Kemudian pak warso berdiri dan mulai menusuk nusuk kan kontol nya, kenikmatan tiada tara membawa aku meliuk dan bergoyang mengikuti sodokan demi sodokan dari kontol pak warso.
‘ ayo pak…yang keras pak..yang keras…ooohhh …aaahhh”
” pak aku mau keluar pak…aaahhh…ayo pak cepetan pak…yang kenceng pak terus pak sodok memek aku pak…entot yang kuat pak …ayo pak.” ceracau ku
” iya sayang aku juga mau keluar…aaahhh…”
” pak…oooohhhh….aaahhhh aku kelu…ak..aku…akukeluar paaak” dengan hentakan keras ke belakangdan pak warso dengan hentakan keras kedepan aku merasakan seakan akan kontol itu menembus anusku.
” aaahhhhhh……..sayang….ooooohhhhh….oooohhhhhh” erang pak warso yang di iringi semburan hanggat di vaginaku.

kami berdua ambruk di lantai…menikmati sisa sisa kenikmatan sorga dunia itu.


Demikian Cerita Dewasa Ngesek Bersama Sopir Pribadiku ,Semoga anda dapat terhibur atas posting kami kali ini,ikuti terus update kami selanjutnya di Dalam Dunia Kitta,terimakasih.
More aboutCerita Dewasa Ngesek Bersama Sopir Pribadiku